NEW YORK - Dua setengah ton uranium telah hilang dari sebuah situs di Libya, kata pengawas nuklir PBB. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengumumkan peringatan itu setelah kunjungan inspekturnya ke situs yang dirahasiakan awal pekan ini.
Inspektur dari IAEA menemukan bahwa 10 drum berisi bijih uranium telah hilang, kata badan PBB itu, sebagaimana dilansir BBC.
Ada kekhawatiran uranium dapat menimbulkan risiko radiologis serta masalah keamanan nuklir.
IAEA mengatakan bahwa situs tempat penyimpanan uranium tidak berada di wilayah yang dikuasai pemerintah.
Dalam sebuah pernyataan, organisasi tersebut mengatakan akan melakukan kegiatan lebih lanjut "untuk mengklarifikasi keadaan pemindahan bahan nuklir dan lokasinya saat ini".
Tidak jelas kapan uranium itu hilang.
Badan tersebut mengatakan kepada BBC bahwa pihaknya sedang bekerja untuk mengklarifikasi apa yang terjadi, bagaimana bahan nuklir itu dihilangkan dan di mana sekarang.
Follow Berita Okezone di Google News
Namun, pada tahap ini para inspektur mengkhawatirkan hilangnya pengetahuan tentang lokasi bahan nuklir yang dapat menimbulkan risiko radiologis serta masalah keamanan nuklir. IAEA menjelaskan bahwa mencapai situs tersebut menjadi rumit akhir-akhir ini.
Inspektur dilaporkan ingin mengunjungi lokasi tersebut tahun lalu, tetapi perjalanan itu harus ditunda karena pertempuran antara milisi Libya yang berbeda.
Pada Desember 2003, Libya secara terbuka meninggalkan senjata nuklir, biologi dan kimia dan setuju untuk membatasi diri pada kepemilikan rudal balistik dengan jangkauan tidak lebih dari 300 km.
Namun, sejak mantan diktator Libya Kolonel Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, negara itu terpecah menjadi faksi politik dan militer yang bersaing.
Sekarang terpecah antara pemerintahan sementara di ibu kota Tripoli dan satu lagi di timur yang dipimpin oleh Jenderal Khalifa Haftar.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis vklogger.com tidak terlibat dalam materi konten ini.